Oaktree Blog

Logistik

Dead Stock

Dead Stock: Masalah Penumpukan Stok Yang Merugikan Di Bisnis

Dalam dunia bisnis dan logistik, pengelolaan persediaan atau inventory menjadi salah satu kunci keberhasilan. Namun, tidak semua stok yang ada di gudang dapat berputar sesuai harapan. Salah satu masalah yang sering terjadi adalah dead stock, yaitu barang yang tidak laku terjual atau tidak terpakai dalam jangka waktu lama sehingga kondisi ini dapat menyebabkan penumpukan barang di warehouse. Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai pengertian dead stock, penyebab utamanya, dampak bagi bisnis, hingga strategi pencegahan yang bisa dilakukan. Dengan memahami topik ini, bisnis Anda bisa mengambil langkah aktif agar persediaan tetap sehat, aliran kas terjaga, dan operasi gudang berjalan lebih efisien. Pengertian Dead Stock Dead stock adalah persediaan yang tidak lagi memiliki nilai jual atau pemakaian. Barang ini biasanya tersimpan terlalu lama di warehouse hingga melewati masa pakai, rusak, atau kehilangan relevansi di pasar. Contohnya meliputi produk musiman yang tidak habis terjual, suku cadang lama yang sudah diganti model baru, atau barang yang salah prediksi permintaannya. Berbeda dengan slow-moving stock, dead stock hampir tidak memiliki peluang untuk dijual kembali tanpa diskon besar-besaran. Oleh karena itu, memahami apa yang termasuk dead stock penting untuk merancang strategi inventory control yang tepat. Penyebab Terjadinya Dead Stock Dead stock bisa muncul dari berbagai faktor, baik dari sisi manajemen maupun kondisi pasar. Beberapa penyebab yang sering ditemui antara lain: Perencanaan Permintaan Tidak AkuratDead stock sering muncul karena perkiraan permintaan yang meleset. Ketika tim manajemen merencanakan permintaan terlalu tinggi, perusahaan cenderung memesan stok dalam jumlah besar. Jika penjualan ternyata tidak mencapai target, stok yang berlebih akan menumpuk di gudang dan akhirnya menjadi stok mati. Perubahan Tren Pasar YEang CepatPasar yang dinamis, seperti fashion dan elektronik, membuat produk cepat kehilangan daya tarik. Ketika tren bergeser, produk lama sulit terjual meskipun kualitasnya masih baik. Akibatnya, barang yang tersisa tidak bergerak dan lama-lama menjadi beban bagi perusahaan. Manajemen Inventory Yang LemahManajemen stok yang kurang tertata juga menjadi penyebab utama. Misalnya, tidak ada sistem pencatatan yang rapi, cycle counting jarang dilakukan, atau tidak ada pemantauan real-time. Akibatnya, perusahaan baru sadar ada kelebihan stok setelah jumlahnya sudah besar. Kualitas Produk Yang RendahProduk dengan kualitas buruk atau cacat produksi sulit menarik minat konsumen. Barang-barang ini biasanya tertinggal di gudang, karena pelanggan memilih produk yang lebih baik. Jika tidak segera ditangani, produk tersebut akan menjadi dead stock yang merugikan. Dampak Dead Stock Bagi Bisnis Dampak dari dead stock tidak hanya mengganggu gudang, tetapi juga memengaruhi kinerja finansial perusahaan: Mengikat Modal KerjaStok mati membuat modal kerja perusahaan tertahan. Dana yang seharusnya bisa diputar untuk membeli produk baru, mendanai promosi, atau memperluas bisnis malah terjebak dalam bentuk barang yang tidak bergerak. Akibatnya, fleksibilitas keuangan berkurang dan kesempatan untuk berkembang ikut terhambat. Meningkatkan Biaya PenyimpananSemakin banyak dead stock di gudang, semakin tinggi biaya penyimpanan yang harus dikeluarkan. Perusahaan tetap membayar sewa gudang, listrik, dan tenaga kerja hanya untuk menjaga barang yang tidak terjual. Hal ini membuat biaya operasional melonjak tanpa memberi keuntungan. Mengurangi Efisiensi OperasionalGudang yang dipenuhi stok mati memperlambat proses picking dan packing. Tim operasional memerlukan waktu lebih lama untuk menemukan barang yang benar, sehingga distribusi menjadi kurang efisien. Dampaknya, produktivitas menurun dan waktu pengiriman bisa terhambat. Risiko Penyusutan Nilai BarangStok yang terlalu lama disimpan berisiko rusak, kedaluwarsa, atau ketinggalan tren pasar. Nilainya bisa turun drastis hingga harus dijual dengan diskon besar, bahkan dibuang. Hal ini mengakibatkan kerugian nyata bagi perusahaan. Strategi Pencegahan Dead Stock Untuk mengurangi risiko dead stock, perusahaan dapat menerapkan beberapa strategi berikut: Menerapkan Sistem Manajemen Inventory Perusahaan dapat memanfaatkan software manajemen inventory untuk memantau stok secara real-time. Sistem ini membantu melihat pergerakan barang, mendeteksi stok yang mendekati kedaluwarsa, dan mengidentifikasi tren permintaan. Dengan informasi ini, perusahaan bisa mengambil keputusan cepat untuk mengatur pembelian atau distribusi agar stok tetap seimbang. Melakukan Cycle Counting Secara BerkalaPengecekan stok secara rutin membantu menemukan ketidaksesuaian antara catatan sistem dan jumlah fisik di gudang. Dengan cycle counting, perusahaan dapat menghindari penumpukan barang yang tidak diperlukan dan memperbaiki kesalahan data lebih awal. Menerapkan Forecasting Yang Lebih AkuratMenggunakan data historis penjualan dan analisis tren pasar memungkinkan perusahaan memperkirakan permintaan dengan lebih tepat. Hal ini mencegah pembelian berlebihan dan memastikan stok yang tersedia sesuai kebutuhan operasional maupun permintaan pelanggan. Mempromosikan Barang Lambat TerjualUntuk barang yang bergerak lambat, perusahaan dapat segera meluncurkan strategi promosi seperti diskon, bundling, atau penawaran khusus. Cara ini membantu mempercepat perputaran barang sebelum menjadi stok mati dan membebaskan ruang penyimpanan untuk produk yang lebih laku. Kesimpulan Dead stock adalah masalah serius yang dapat menghambat kelancaran arus kas, memperbesar biaya penyimpanan, dan menurunkan efisiensi warehouse. Dengan perencanaan inventory yang tepat, sistem monitoring digital, dan strategi penjualan yang cerdas, risiko penumpukan stok bisa diatasi dan ditekan. Untuk membantu bisnis Anda mengelola persediaan dengan lebih efektif, Oaktree.id menawarkan solusi digital berbasis software yang memudahkan manajemen stok, pencatatan data, hingga pelacakan barang di gudang secara real-time. Dengan sistem ini, Anda bisa mengurangi dead stock, meningkatkan efisiensi warehouse, dan menjaga kesehatan keuangan perusahaan.

Dead Stock: Masalah Penumpukan Stok Yang Merugikan Di Bisnis Read More »

Procurement

Procurement: Strategi Untuk Menjaga Ketersediaan Stok Gudang

Dalam dunia logistik dan manajemen warehouse, ketersediaan stok menjadi salah satu elemen paling krusial yang menentukan kelancaran rantai pasok. Bayangkan jika sebuah gudang mengalami kehabisan stok barang penting. Proses distribusi akan terganggu, permintaan pelanggan tidak terpenuhi, dan pada akhirnya perusahaan bisa kehilangan peluang bisnis. Procurement bukan sekadar proses membeli barang, melainkan strategi yang terencana untuk memastikan ketersediaan stok selalu seimbang dengan kebutuhan operasional. Manajemen inventory yang efektif membutuhkan perencanaan pengadaan yang baik. Dengan strategi yang tepat, perusahaan dapat mengurangi risiko overstocking (kelebihan stok) maupun stock-out (kekosongan stok) yang merugikan. Lebih jauh lagi, pengadaan barang yang baik membantu mengoptimalkan biaya, menjaga kualitas barang, serta memastikan alur distribusi berjalan lancar. Pengertian Procurement Procurement adalah proses strategis yang mencakup identifikasi kebutuhan, pemilihan pemasok, negosiasi harga, hingga pengadaan barang atau jasa yang dibutuhkan perusahaan. Dalam konteks warehouse, procurement bertujuan untuk memastikan setiap barang yang diperlukan tersedia tepat waktu, dalam jumlah yang sesuai, dan dengan biaya yang efisien. Berbeda dengan pembelian biasa, pengadaan barang melibatkan analisis mendalam terhadap kebutuhan jangka panjang. Tim procurement biasanya berkolaborasi dengan divisi gudang dan logistik untuk memprediksi kebutuhan stok dan mengatur jadwal pengadaan yang selaras dengan pergerakan barang di warehouse. Jenis-Jenis Procurement Strategi pengadaan barang dapat dibagi menjadi beberapa jenis, tergantung kebutuhan dan skala bisnis. Berikut jenis-jenisnya: Direct ProcurementDirect procurement berfokus pada pengadaan bahan baku atau produk yang digunakan langsung dalam proses produksi atau yang akan dijual ke pelanggan. Dalam konteks inventory, ini mencakup pembelian barang yang harus selalu tersedia di gudang agar produksi dan penjualan tidak terganggu. Indirect ProcurementBerbeda dengan direct procurement, indirect procurement mencakup pengadaan barang pendukung seperti alat kebersihan, perlengkapan kantor, atau layanan IT. Meski tidak terkait langsung dengan produksi, ketersediaan barang ini penting agar operasional warehouse tetap berjalan optimal. Strategic ProcurementJenis ini lebih berfokus pada hubungan jangka panjang dengan pemasok. Perusahaan menjalin kemitraan strategis untuk memastikan pasokan selalu stabil, kualitas terjaga, dan harga kompetitif. Tactical ProcurementTactical procurement biasanya digunakan untuk kebutuhan jangka pendek atau pengadaan mendesak. Misalnya ketika gudang tiba-tiba kekurangan stok akibat lonjakan permintaan pasar, maka perusahaan perlu bertindak cepat untuk menambah persediaan. Proses Procurement Proses pengadaan barang yang terstruktur membantu perusahaan mengelola stok gudang secara lebih efisien. Berikut tahapannya: Identifikasi KebutuhanTahap pertama adalah mengidentifikasi barang apa saja yang diperlukan. Tim inventory biasanya memantau data stok untuk menentukan kapan barang harus dipesan kembali. Data real-time sangat membantu agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan stok. Pemilihan Dan Evaluasi PemasokSetelah kebutuhan diidentifikasi, perusahaan harus memilih pemasok yang dapat memenuhi kriteria kualitas, harga, dan kecepatan pengiriman. Evaluasi pemasok secara rutin penting agar perusahaan hanya bekerja sama dengan vendor yang andal. Negosiasi Dan Pembuatan KontrakNegosiasi dilakukan untuk mendapatkan harga terbaik dan syarat pembayaran yang menguntungkan. Kontrak kemudian disusun secara jelas untuk menghindari kesalahpahaman. Pemantauan Dan Evaluasi HasilSetelah barang tiba di warehouse, tim logistik mengecek kesesuaian jumlah dan kualitas barang. Data penerimaan dicatat dalam sistem inventory untuk memastikan informasi stok selalu akurat. Peran Procurement Pengadaan barang yang efektif memberikan dampak positif pada seluruh ekosistem warehouse. Berikut beberapa peran utamanya: Menjaga Ketersediaan StokProcurement memastikan stok selalu tersedia sesuai kebutuhan. Dengan pengadaan yang terencana dan tepat waktu, risiko stock-out dapat ditekan sehingga aktivitas warehouse dan produksi tetap berjalan lancar. Mengoptimalkan Biaya OperasionalTim procurement aktif melakukan negosiasi harga dengan pemasok dan merencanakan jumlah pembelian secara optimal. Strategi ini membantu perusahaan menekan biaya operasional tanpa mengorbankan kualitas barang yang masuk ke warehouse. Mendukung Efisiensi DistribusiKetersediaan barang di gudang yang terjaga membuat proses distribusi lebih cepat dan teratur. Hal ini membantu tim logistik mengirimkan barang tepat waktu, meningkatkan kepuasan pelanggan, dan mengurangi potensi keterlambatan pengiriman. Meningkatkan Akurasi Data InventoryProcurement bekerja sama dengan tim warehouse untuk memastikan setiap transaksi pengadaan tercatat secara akurat dalam sistem. Integrasi data ini mendukung pengambilan keputusan yang lebih tepat, mulai dari perencanaan stok hingga evaluasi kinerja pemasok. Kesimpulan Procurement adalah kunci untuk menjaga kelancaran manajemen inventory dan operasional warehouse. Dengan strategi pegadaan barang yang terencana, perusahaan dapat mengurangi risiko kehabisan stok, mengoptimalkan biaya, serta menjaga kualitas barang yang tersedia. Untuk mendukung strategi pegadaan barang yang lebih efektif, digitalisasi menjadi langkah penting. Oaktree.id menawarkan sistem manajemen warehouse for sparepart yang mempermudah pemantauan stok dari pengadaan hingga pemakaian. Dengan fitur manajemen stok, pencatatan data, pencarian cepat, dan manajemen aset, Oaktree membantu bisnis Anda tetap efisien dan terorganisir.

Procurement: Strategi Untuk Menjaga Ketersediaan Stok Gudang Read More »

Scroll to Top